Ekskavasi Keraton Surosowan: Menyingkap Kejayaan Banten yang Terpendam

FOKUS TV – Situs Keraton Surosowan di Serang, Banten kembali menjadi sorotan setelah tim teknis melakukan ekskavasi lanjutan pada pertengahan Juni 2025. Ekskavasi ini bukan sekadar penggalian arkeologis, tetapi juga upaya untuk menelusuri kembali struktur dan artefak penting dari masa kejayaan Kesultanan Banten, yang pernah menjadi pusat kekuasaan dan peradaban Islam di Nusantara.
Keraton Surosowan bukan hanya saksi bisu sejarah, tapi juga simbol kemegahan dan kecanggihan arsitektur lokal yang berpadu dengan pengaruh asing. Dari struktur benteng berbastion hingga kolam pemandian Roro Denok, semua menyimpan cerita masa lalu yang penting untuk dipelajari dan dilestarikan. Ekskavasi ini membuka jalan bagi generasi masa kini untuk memahami bagaimana peran keraton sebagai pusat politik, budaya, dan spiritual dalam tatanan masyarakat kerajaan.
Ekskavasi Terbaru Ungkap Struktur Kerajaan Banten
FOKUS TV – Upaya penyelamatan warisan sejarah kembali dilakukan di Banten. Kali ini, tim teknis dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VIII Kementerian Kebudayaan kembali melakukan ekskavasi di situs Keraton Surosowan yang terletak di Kasemen, Kota Serang, Banten. Kegiatan ini berlangsung pada Selasa, 17 Juni 2025 dan menjadi bagian dari ekskavasi penyelamatan yang bertujuan untuk pemugaran struktur keraton. Ekskavasi ini bukan hanya penggalian biasa, tetapi merupakan langkah penting dalam mengungkap kembali jejak kemegahan Kesultanan Banten yang pernah berjaya pada abad ke-16 hingga ke-19 Masehi.Temuan Penting: Struktur dan Artefak Bersejarah
Dalam penggalian kali ini, tim menemukan beragam artefak seperti:- Gerabah dan pecahan keramik
- Batu bata kuno
- Lantai terakota
- Struktur dinding dan saluran air
Sejarah Singkat Keraton Surosowan
Keraton Surosowan pertama kali dibangun sekitar tahun 1526 pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten. Bentuk awal keraton tergambar dalam peta kuno tahun 1596 yang menunjukkan bangunan sederhana dikelilingi pagar. Namun, di masa Sultan Haji (1672–1687), keraton ini dibangun ulang secara besar-besaran setelah sebelumnya hancur akibat konflik internal dan eksternal. Pembangunan bahkan melibatkan arsitek asal Belanda, Hendrik Lucasz Cardeel, yang memeluk Islam dan mendapat gelar Pangeran Wiraguna. Keraton ini dilengkapi dinding pembatas setinggi 2 meter yang mengelilingi area seluas 3 hektare, serta memiliki tiga pintu gerbang di sisi utara, timur, dan selatan. Sayangnya, pintu gerbang selatan telah ditutup dengan tembok dan hingga kini tidak diketahui penyebab pastinya.Benteng Kota Intan dan Sistem Pertahanan
Keraton Surosowan dikenal sebagai “Kota Intan” karena struktur bangunannya menyerupai benteng Belanda dengan sudut-sudut berbentuk intan (bastion). Sistem pertahanan ini menunjukkan bahwa Banten pada masa itu memiliki strategi pertahanan kota yang sangat maju.Keistimewaan Arsitektur dan Tata Letak
Bangunan utama keraton terdiri dari:- Kediaman Sultan dan keluarga
- Bangunan terbuka (Datulaya) dengan tiang dan permadani
- Kolam taman Bale Kambang Rara Denok
- Pemandian Pancuran Mas
- Kandang kuda dan tempat kereta
Pusat Spiritual dan Simbol Kekuasaan
Dalam pandangan masyarakat Banten kuno, keraton bukan hanya pusat pemerintahan, tetapi juga pusat kosmologis dan kekuatan spiritual. Konsep ini menjadikan keraton sebagai lambang kekuasaan raja yang tak hanya berfungsi administratif tetapi juga sakral. Keraton Surosowan dianggap sebagai replika alam semesta, di mana raja merupakan pusat kekuatan yang melingkupi seluruh kehidupan rakyatnya. Maka tak heran jika struktur bangunannya sarat akan simbolisme dan makna filosofis yang dalam.Kehancuran dan Ekskavasi Ulang
Keraton Surosowan hancur pada tahun 1808 dalam konflik antara Sultan Banten dan Belanda di bawah kepemimpinan Daendels. Penghancuran ini berlangsung hingga 1832, dan sebagian besar bahan bangunan diangkut untuk proyek Belanda lainnya. Akibatnya, yang tersisa kini hanya puing-puing dan struktur dasar seperti:- Tembok keliling
- Pondasi kamar
- Saluran air
- Kolam pemandian
- Lantai bata dan ubin
Struktur Unik Bangunan dan Fungsi Ruang
Dari analisis arkeologis, diketahui bahwa:- Struktur dinding terdiri dari susunan bata bertipe strek dan kop
- Lantai penting menggunakan ubin, ruang biasa menggunakan bata
- Penambahan ruang dan peninggian lantai menunjukkan pembangunan bertahap
Keraton Surosowan Hari Ini
Saat ini, kondisi Keraton Surosowan adalah reruntuhan. Namun, sisa-sisa yang berhasil diungkap seperti dinding, jalan gang, dan saluran air masih menyimpan cerita besar dari masa lalu. Struktur-struktur tersebut kini menjadi bahan kajian penting dalam rekonstruksi sejarah Kesultanan Banten. BPK Wilayah VIII berharap bahwa ekskavasi ini dapat membuka jalan bagi pemugaran menyeluruh dan menjadikan situs ini sebagai pusat edukasi sejarah dan budaya nasional.Kenapa Penting Menjaga Warisan Sejarah?
Melestarikan situs seperti Keraton Surosowan bukan sekadar romantisme masa lalu. Ini adalah cara untuk menyambungkan generasi masa kini dengan akar budayanya. Tanpa pemahaman sejarah, identitas bangsa akan mudah terkikis oleh waktu dan globalisasi. FOKUS TV mendukung sepenuhnya setiap langkah pelestarian sejarah dan budaya lokal sebagai bagian dari kekayaan nasional yang tak ternilai.Penutup
Ekskavasi Keraton Surosowan menjadi pengingat bahwa Indonesia memiliki warisan budaya luar biasa. Dari benteng Kota Intan, kolam Rara Denok, hingga saluran air kuno, semua adalah saksi bisu dari kejayaan dan keruntuhan Banten di masa lalu. Mari terus jaga dan kenali warisan sejarah ini sebagai bekal menuju masa depan yang lebih berakar dan bermakna.FOKUS TV juga mengajak pembaca untuk membaca artikel lain seputar sejarah dan budaya, serta informasi menarik lainnya seperti cara mengolah daging sapi dan kambing agar tidak keras saat di masak, tips memasak sehat, hingga rekomendasi destinasi wisata sejarah terbaik di Indonesia.