Pasar Tradisional Pandeglang Lagi Sepi, Pedagang Minta E-Commerce Dibatasi

PANDEGLANG, FOKUS TV - Pasar-pasar tradisional di Pandeglang lagi lesu. Banyak kios tutup, pembeli jarang mampir, dan pedagang sandang cuma bisa gigit jari. Salah satu sebabnya: belanja online yang makin menggila.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Pandeglang, Bunbun Buntaran, blak-blakan soal ini. Menurutnya, kondisi pasar saat ini “tidak baik-baik saja.” Kios-kios kosong, sarana prasarana kumuh, dan ekonomi jelas tidak berpihak ke pedagang kecil.
Pesaing utamanya? Gudang-gudang e-commerce yang menjamur dari Cadasari sampai Sumur. Bunbun bahkan menyebut, satu gudang bisa ngirim minimal 2.000 paket per hari. Artinya, kebutuhan rumah tangga orang-orang Pandeglang makin jarang dibeli dari pasar, dan langsung diklik dari rumah.
Kondisi ini juga dirasakan langsung oleh Gomes, pedagang di Pasar Badak Pandeglang. Ia bilang, pasar sepi. Kalaupun ramai, cuma “Rojali”—rombongan jarang beli. Pedagang sandang bahkan sempat curhat ke Bunbun agar sekolah-sekolah jangan bikin seragam sendiri, biar mereka kebagian cuan juga.
Usul Nyeleneh: Batas Harga Belanja Online
Gomes juga punya ide yang cukup... ambisius. Ia ingin ada regulasi yang melarang penjualan sandang di e-commerce dengan harga di bawah Rp1 juta. Jadi, belanja murah tetap harus ke pasar. Katanya, pedagang pasar dibebani banyak biaya: sewa kios, bayar listrik, gaji pegawai, dan sebagainya. Sementara toko online? Tinggal buka aplikasi dan cus.
Mereka berharap ada aturan main yang lebih adil. Bukan untuk mematikan pasar online, tapi supaya pasar tradisional juga bisa ikut napas.
Refleksi Singkat:
Pasar online memang praktis. Tapi kalau semua diborong e-commerce, yang offline bisa tinggal sejarah. Kalau nggak diatur, bisa-bisa nanti “pasar” cuma tinggal jadi nama jalan.