Kenapa Banjarmasin Disebut Kota Seribu Sungai?

Kota Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, dikenal luas dengan julukan “Kota Seribu Sungai”. Julukan ini bukan sekadar slogan, melainkan representasi nyata dari lanskap geografis dan budaya yang menyatu dengan aliran sungai. Kota ini berdiri di atas delta besar yang dikelilingi dan dilintasi oleh puluhan hingga ratusan anak sungai, yang memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Banjar, baik secara ekonomi, sosial, budaya, hingga arsitektur.
Di tengah perkembangan zaman dan modernisasi kota-kota besar lainnya, Banjarmasin tetap menjaga identitas khasnya yang berpaut erat dengan air. Sungai-sungai ini bukan hanya jalur transportasi dan perdagangan, tetapi juga menjadi pusat kegiatan masyarakat sehari-hari—mulai dari mandi, mencuci, memasak, hingga berjualan di pasar terapung.
Artikel ini akan mengupas secara mendalam alasan mengapa Banjarmasin dijuluki Kota Seribu Sungai, dengan menelusuri berbagai aspek yang menjadikan sungai sebagai urat nadi kehidupan kota ini. Kita akan menyelami sejarah, budaya, ekonomi, kuliner, hingga bentuk arsitektur rumah yang semuanya berakar dari dan bergantung pada sungai.
2. Kenapa Banjarmasin Dijuluki Kota Seribu Sungai?
2.1 Letak Geografis dan Kondisi Hidrografi
Banjarmasin terletak di wilayah delta Sungai Barito, salah satu sungai terbesar di Kalimantan. Wilayah kota ini dilalui oleh puluhan sungai besar dan kecil, seperti Sungai Martapura, Sungai Kuin, Sungai Alalak, dan banyak anak sungai lainnya. Sistem sungai ini membentuk jaringan transportasi air yang alami dan kompleks, menghubungkan kota dengan desa-desa di sekitarnya.
Data dari Dinas Pekerjaan Umum Kalimantan Selatan menyebutkan bahwa setidaknya terdapat lebih dari 100 sungai yang aktif di kawasan metropolitan Banjarmasin dan sekitarnya, menjadikan julukan “Seribu Sungai” sebagai representasi simbolik dari kekayaan perairan kota ini.
2.2 Sungai sebagai Akar Kehidupan Masyarakat Banjar
Sungai bukan hanya elemen geografis, melainkan menjadi bagian dari identitas masyarakat Banjar. Sejak zaman dahulu, sungai telah menjadi tempat bertemu, berdagang, bermain, hingga tempat berlangsungnya acara adat. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Banjar nyaris tak bisa dilepaskan dari sungai.
Baca juga: Transportasi Tradisional Sungai Banjarmasin: Mengenal Jukung dan Klotok
2.3 Sungai dan Aktivitas Sehari-Hari
Di banyak daerah di Banjarmasin, terutama kawasan bantaran sungai, masyarakat masih memanfaatkan air sungai untuk mandi, mencuci, atau bahkan memasak. Kegiatan ini menjadi pemandangan khas dan eksotis yang menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sungai juga menjadi tempat utama bagi berbagai aktivitas ekonomi, seperti pasar terapung, nelayan sungai, hingga usaha warung terapung.
3. Warisan Sejarah dan Budaya Sungai di Banjarmasin
3.1 Jejak Sejarah Sungai dalam Peradaban Banjar
Sejak abad ke-16, sungai-sungai di Banjarmasin telah menjadi jalur utama perdagangan antar daerah di Kalimantan dan bahkan ke luar negeri melalui Selat Makassar. Banjarmasin pernah menjadi pelabuhan dagang penting yang dikunjungi oleh pedagang dari Tiongkok, Arab, dan Eropa.
Kerajaan Banjar memanfaatkan sungai sebagai sarana distribusi barang dan penyebaran pengaruh kekuasaan. Banyak kampung tua di Banjarmasin berdiri dan berkembang di sepanjang sungai. Sungai bahkan digunakan sebagai batas wilayah dan jalur diplomasi antar kerajaan lokal.
Baca juga: Peran Sungai dalam Perdagangan dan Ekonomi Banjarmasin
3.2 Rumah Lanting dan Rumah Panggung: Adaptasi Arsitektur Terhadap Sungai
Uniknya, sungai tak hanya memengaruhi pola mobilitas, tapi juga desain rumah. Masyarakat Banjarmasin membangun rumah lanting—rumah terapung yang mengikuti pasang surut air sungai. Rumah ini terbuat dari kayu ulin dan diikat pada tonggak agar tetap mengapung dan tidak hanyut.
Selain rumah lanting, masyarakat juga membangun rumah panggung di tepi sungai dengan struktur tinggi untuk menghindari banjir dan menjaga kelestarian sungai. Rumah-rumah ini tak hanya fungsional, tapi juga memiliki nilai estetika dan filosofis yang mencerminkan harmoni dengan alam.
Baca juga: Rumah Lanting dan Rumah Panggung: Arsitektur Adaptif Masyarakat Sungai Banjarmasin
4. Pasar Terapung: Simbol Ekonomi dan Budaya Sungai
Pasar terapung adalah simbol ikonik Banjarmasin. Di pasar ini, pedagang menggunakan perahu kecil (jukung) untuk menjajakan dagangan, seperti buah, sayuran, ikan, bahkan jajanan tradisional. Transaksi dilakukan langsung dari perahu ke perahu.
Pasar terapung tidak hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga pusat wisata dan pelestarian budaya. Pemerintah kota rutin menyelenggarakan Festival Pasar Terapung untuk menarik wisatawan dan menghidupkan kembali semangat ekonomi rakyat berbasis sungai.
Baca juga: Pasar Terapung Banjarmasin: Warisan Budaya yang Masih Bertahan
5. Kuliner Khas Sungai: Cita Rasa dari Air yang Kaya
Banjarmasin memiliki beragam kuliner khas yang lahir dari kekayaan hayati sungai, seperti:
-
Sop Patin dan Ikan Haruan: Hasil tangkapan langsung dari Sungai Barito dan Martapura.
-
Soto Banjar: Disajikan dengan ketupat dan menjadi makanan favorit di warung-warung terapung.
-
Lempok dan Bingka Barandam: Kudapan tradisional yang biasa dijajakan di perahu pasar terapung.
Kuliner khas Banjarmasin tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menjadi sarana untuk memahami akar budaya sungai yang kental dalam kehidupan masyarakat.
Baca juga: Kuliner Khas Banjarmasin yang Tumbuh di Tengah Kehidupan Sungai
6. Wisata Sungai: Menyusuri Nadi Kota Seribu Sungai
Salah satu daya tarik utama Banjarmasin bagi wisatawan adalah wisata sungainya. Aktivitas susur sungai dengan perahu klotok menjadi cara unik untuk menikmati panorama kota dari perspektif air. Wisatawan bisa menyaksikan kehidupan masyarakat di bantaran sungai, rumah-rumah panggung, anak-anak mandi di tepian, hingga pedagang pasar terapung yang mulai berjualan sejak subuh.
Destinasi populer wisata sungai antara lain:
-
Susur Sungai Martapura
-
Sungai Kuin dan Kampung Arab
-
Pulau Kembang dan habitat bekantan
-
Menara Pandang Banjarmasin
Baca juga: Wisata Susur Sungai di Banjarmasin: Menyusuri Nadi Kehidupan Kota Seribu Sungai
7. Transportasi Tradisional: Jukung dan Klotok
Kehidupan di sungai tidak lengkap tanpa membahas moda transportasi air tradisional seperti jukung (perahu kecil) dan klotok (perahu bermesin). Dua moda ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Banjar selama berabad-abad.
-
Jukung digunakan untuk aktivitas ringan seperti memancing dan berdagang di pasar terapung.
-
Klotok digunakan untuk transportasi antarkampung, pengangkutan barang, dan kini banyak dimanfaatkan untuk pariwisata.
Keduanya mencerminkan adaptasi lokal terhadap lingkungan sungai dan menjadi bagian penting dalam pelestarian budaya.
Baca juga: Transportasi Tradisional Sungai Banjarmasin: Mengenal Jukung dan Klotok
Kesimpulan
Julukan Kota Seribu Sungai bukan hanya penamaan simbolik bagi Banjarmasin, melainkan cerminan dari identitas, sejarah, dan budaya yang tumbuh di atas dan di sekitar air. Sungai-sungai di kota ini menjadi saksi peradaban masyarakat Banjar sejak masa lampau hingga kini.
Dari pasar terapung yang legendaris, rumah-rumah panggung yang arif dalam menghadapi banjir, hingga kuliner khas yang berasal dari hasil sungai—semua menyatu membentuk karakter unik Banjarmasin yang tak dimiliki kota lain.
Dengan pelestarian budaya, pengembangan wisata sungai, serta revitalisasi transportasi air, Banjarmasin tidak hanya mempertahankan jati dirinya, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan yang tetap berakar pada kekayaan alam dan tradisi sungai.
Punya cerita menarik tentang Banjarmasin atau kehidupan sungai? Tinggalkan komentar Anda di bawah dan bagikan artikel ini!
Pertanyaan Umum seputar Banjarmasin dan Sungainya
1. Mengapa Banjarmasin dijuluki Kota Seribu Sungai?
Karena wilayahnya dilalui oleh ratusan sungai besar dan kecil yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat.
2. Apa fungsi sungai bagi masyarakat Banjarmasin?
Sungai berfungsi sebagai jalur transportasi, tempat perdagangan, sumber air, dan bagian dari budaya lokal.
3. Apakah pasar terapung masih ada di Banjarmasin?
Ya, masih ada dan menjadi daya tarik wisata utama, terutama di Sungai Kuin dan Sungai Martapura.
4. Apa itu rumah lanting?
Rumah lanting adalah rumah terapung di sungai yang dibangun dari kayu dan mengapung di atas air.
5. Bagaimana cara menikmati wisata sungai di Banjarmasin?
Wisatawan dapat menaiki klotok untuk menyusuri sungai, mengunjungi pasar terapung, dan melihat kehidupan masyarakat tepi sungai.