BREAKING NEWS

Rumah Lanting dan Rumah Panggung: Arsitektur Adaptif Masyarakat Sungai Banjarmasin

Rumah Lanting dan Rumah Panggung: Arsitektur Adaptif Masyarakat Sungai Banjarmasin


Pendahuluan

Banjarmasin dikenal sebagai Kota Seribu Sungai, julukan yang menggambarkan eratnya keterikatan masyarakat Banjar dengan perairan. Gaya hidup masyarakatnya pun menyesuaikan kondisi geografis tersebut, termasuk dalam hal arsitektur tempat tinggal. Rumah lanting dan rumah panggung menjadi simbol adaptasi lingkungan yang luar biasa dan merupakan warisan budaya yang patut dijaga.

Apa Itu Rumah Lanting?

Rumah lanting adalah rumah apung yang dibangun di atas rakit kayu dan diikat di pinggiran sungai. Rumah ini mengapung mengikuti pasang surut air dan digunakan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat yang hidup berdampingan dengan sungai. Bahan utama rumah lanting biasanya adalah kayu ulin, yang dikenal tahan terhadap air dan usia panjang.

Aktivitas sehari-hari seperti memasak, mencuci, hingga berdagang dilakukan langsung dari rumah lanting. Bahkan beberapa rumah lanting juga digunakan sebagai warung atau kios di atas air.

Baca juga: Kenapa Banjarmasin Disebut Kota Seribu Sungai?

Rumah Panggung di Tepian Sungai

Rumah panggung adalah rumah yang dibangun di atas tiang-tiang kayu tinggi untuk menghindari banjir. Rumah jenis ini umum ditemukan di daerah rawa dan tepian sungai, termasuk di Kalimantan Selatan. Kayu ulin juga sering digunakan untuk membangun rumah panggung karena ketahanannya terhadap lembab dan rayap.

Biasanya rumah panggung memiliki beranda yang menghadap sungai, lengkap dengan dermaga kecil untuk menambatkan perahu (jukung atau klotok). Beranda ini juga menjadi tempat bersantai atau berinteraksi dengan tetangga yang melintas menggunakan perahu.

Baca juga: Pasar Terapung Banjarmasin

Nilai Sosial dan Budaya

Kehidupan masyarakat di rumah lanting dan rumah panggung tidak hanya menyiratkan hubungan fisik dengan air, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial yang kuat. Sungai menjadi pusat kehidupan, mulai dari tempat bermain anak-anak, tempat ibadah, hingga arena transaksi ekonomi.

Selain itu, arsitektur ini juga memperlihatkan keselarasan antara manusia dan alam. Mereka tidak mencoba menaklukkan sungai, melainkan hidup berdampingan dan memanfaatkan aliran air untuk kehidupan sehari-hari.

Pelajari juga: Kuliner Khas Banjarmasin yang Tumbuh di Tengah Kehidupan Sungai

Wisata dan Pelestarian

Salah satu daya tarik wisata utama di Banjarmasin adalah menyusuri sungai dan mengamati rumah-rumah tradisional ini secara langsung. Wisatawan dapat menyewa klotok atau jukung dan menikmati panorama budaya air yang masih lestari.

Pemerintah dan komunitas budaya lokal kini semakin aktif mempromosikan konservasi rumah lanting dan rumah panggung sebagai bagian dari identitas lokal. Beberapa rumah bahkan telah dijadikan rumah wisata atau homestay berbasis budaya.

Simak juga: Panduan Wisata Susur Sungai di Banjarmasin

Penutup

Rumah lanting dan rumah panggung tidak sekadar arsitektur, tapi mencerminkan kearifan lokal masyarakat Banjar yang hidup menyatu dengan sungai. Melestarikan kedua jenis rumah ini berarti menjaga identitas budaya dan menjamin kelestarian gaya hidup ramah lingkungan yang telah terbukti bertahan selama ratusan tahun.

Jelajahi juga: Transportasi Tradisional Sungai: Mengenal Jukung dan Klotok di Banjarmasin

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar